kajian nahwu ibnu jinni
- Abu Abdillah Muhammad bin al-‘Assaf al-‘Uqaili al-Tamimi
- Abu al-Fath Utsman.1983.Al-Khashais
- Abu Ali al-Farisi.[4] Ibnu Jinni menetap di Baghdad hingga wafat pada tahun 392 H tepatnya pada malam jum’at.[5] Baik ulama sezamannya
- Abu Bakar keberatan dengan penjelasan Abu Ishaq tersebut. Menurutnya
- Abu ‘Ali al-Farisi.[3] Begitu lamanya Ibnu Jinni menimba pengetahuan bahasa pada Abu ‘Ali
- agar kata tersebut dapat dipahami
- akhirnya bahasa tersebut pun akan melekat padanya .[30] 3. Penerimaan terhadap bahasa (kosakata) baru yang maknanya tidak lazim
- al-bina
- al-Farisi
- al-Farra’
- al-I’rab
- al-kalam
- al-Khasais
- al-lugah
- al-nahw
- al-Zamakhsyari
- analisis
- antara qaul yang untuk kesempurnaan maknanya memerlukan bantuan yang lain
- apa yang telah dia ambil itu ia tunjukkan sisi baiknya
- apabila al-Mutanabbi ditanya tentang makna suatu kata yang ia ucapkan (dalam puisinya)
- artinya
- asl al-lugah “ dan lain-lain.[9] a. Perbedaan Kalam dan Qaul Jauh sebelum Ferdinand de Saussure
- atau bahasa Arab dari level tertentu yang dapat ditiru.[8] Adapun metode filsafati ia gunakan untuk menguraikan alasan-alasan
- atau hasil deduksi dari fakta atau fenomena bahasa
- atau intonasi untuk kata yang bukan berasal dari peniruan suara). 2. Dalalah shinaiyyah
- atau menolak sama sekali. Meskipun menolak
- atau tanda harakat (I’rab) yang dianggap aneh
- bahasa adalah realitas sosial. Oleh karena itu
- bahasa adalah sebuah system yang pembentukannya mestilah didasarkan atas kepentingan penggunanya
- bahkan ia tak segan mengambil teori-teori dari tokoh Mazhab Kufah
- bahwa bukti adanya perbedaan antara keduanya ialah telah menjadi kesepakatan bersama menyebut al-Qur’an dengan Kalamullah
- bahwa ketika seorang penggagas atau peletak istilah dalam suatu bahasa hendak melakukan penyusunan sebuah kata
- baik karya prosa maupun puisi. Di antaranya ialah sebagai berikut: 1. Al-Khasa’is 2. Al-Tamam 3. Sirr al-Sina’at 4. Al-Munsif 5. Syarhu Mustagliq Abyati al-Hamasah 6. Syarhu al-Maqsud wa al-Mamdud li
- baik yang berdiri sendiri dan bermakna (jumlah mufidah) maupun tidak. Jadi
- baik yang berkaitan dengan kajian bahasa langsung maupun yang bersifat komentar atau interpretasi atas karya orang lain
- bapak linguistic modern Eropa
- baru kemudian mengacu definisi tokoh-tokoh yang muncul setelah Ibnu Jinni
- belajar ilmu nahwu pada gurunya yang bernama Ahmad bin Muhammad al-Mausili al-Syafi’I yang lebih dikenal dengan sebutan al-Akhfasy. Setelah itu
- berbagai peristilahan yang telah digunakan oleh umat (penuturnya) untuk menyatakan maksudnya. Pernyataan ini berupa tindakan verbal
- bila bahasa baru itu didengarnya secara berulang kali
- bukan dari murni akal manusia.[21] Di sisi lain
- bukan dengan “kalam” karena antara keyakinan dan ide lebih mirip dengan qaul daripada dengan kalam. Kemiripannya ialah karena keyakinan dan ide tidak dapat dipahami atau dimengerti kecuali melalui med
- bukan membuang sama sekali
- bukan merupakan murni entitas rasional tetapi memiliki dimensi sosial
- bukan milik individu tertentu. Oleh karena itu
- bukan oleh individu.[29] 2. Ketika menerima bahasa baru
- bukan Qaulullah. b. Isytiqaq Kabir Isytiqaq ada dua macam
- bukan makaanun mubqilun. 3. Banyak digunakan
- dalam bentuk madly menunjukkan adanya perbuatan dan waktu perbuatan tersebut . Perbedaan antara kata صابر dan صبور
- dalam bukunyaMiftah al-Sa’adah
- dalam pandangan Ibnu jinni
- dan dia gunakan sesuai yang diperlukan
- dan kata benda yang dimasuki huruf jar ditandai dengan I’rab kasrah. 2. Umum terjadi dalam qiyas
- dan kosakata. Orang-orang yang berkecimpung dalam linguistik mengklasifikasikan dua kelompok. Kelompok pertama menaruh perhatian terhadap konstruksi bahasa
- dan lainnya yang berlatar belakang teologi Mu’tazilah
- dan langue
- dan marartu bi Sa’idin”. Maksudnya
- dan meninggalkan sebagian karena alasan seperti yang telah saya kemukaka. Dia juga tahu jika seandainya dia ambil apa yang telah dia buang untuk mengganti yang telah disimpan
- dan menurutnya
- dan tak mungkin memakai semuanya. 4. Ukuran atau standar penyeleksian bersifat arbitrer
- dan tidak sebaliknya. [12] Kata “qaul”
- dan kaf
- dan كق
- dapat ditarik kesimpulan bahwa Ibnu Jinni mencoba membawa wacana dan diskusi-diskusi linguistik Arab dari yang semula terfokus pada perdebatan nahwu dan fanatisme mazhabnya kepada kajian-kajian yang l
- dapat terbaca jelas dari uraian
- darabtu ‘Amran
- dari akar kata ‘aqara yang maknanya melukai.[31] 4. Bahasa asing yang masuk ke dalam bahasa Arab dan telah diolah dengan cara qiyas
- dengan membahas perbedaan antara makna “kalam” dan “qaul”. Ibnu Jinni mempraktekkan teorinya yang ia sebut al-isytiqaq al-akbar
- dengan satu wawu saja. Ibnu Jinni juga menjelaskan hubungan antara qiyas dan penggunaannya (al-isti’mal).[28] 1. Jika terjadi benturan (pertentangan) antara qiyas dan penggunaan dalam arti “umum digun
- di antara mereka ialah Abu Bakr Muhammad bin al-Hasan yang lebih dikenal dengan sebutan Ibnu Miqsam
- di antaranya ialah seperti tidak dipakainya kata وذر dan ودع
- di Bagdad
- dia akan mengerahkan segenap pikirannya. Dengan inteleknya ia mencermati segi-segi yang universal dan yang particular. Dia sadar harus meninggalkan fonem yang buruk (susah) jika dirangkai seperti kata
- dia akan menjawab semuanya”. Demikian pula Thash Kubri Zadah yang dikenal dengan Ahmad bin Mustafa
- dia ambil sebagian untuk digunakan dan menyimpan sebagian yang lain
- dia juga tahu bahwa kata yang panjang dan membosankan karena memiliki banyak huruf tidak bisa diubah dalam bentuk yang moderat dan paling ringan
- dia mencontohkan kalimat ضرب سعيد جعفرا . Kata daraba pada kalimat tadi
- dia selalu menjawab
- dia seleksi mana benda yang bagus dan mana yang jelek
- dia tidak fanatik
- digunakan dan mengandung makna keyakinan atau pandangan (al-I’tiqadat wa al-‘ara)
- dimana bentuk masdarnya adalah اللغا atau اللغو . [18] Adapun definisi bahasa adalah
- dimulai dari ilmu bacaannya (al-qira’ah) hingga tafsir-tafsirnya sehingga bermunculan berbagai buku yang terkait dengan kajian al-Qur’an
- diperlukan bantuan yang lain
- disamping mengetahui banyak tentang linguistik
- gambaran-gambaran tadi menuntut dia untuk memakai sebagian dan meninggalkan sebagian yang lain. Jadi
- gubernur Mosul.[2] Oleh karena itu
- hal ini diperkuat lagi dalam ulasannya seputar perubahan tanda I’rab yang terjadi pada huruf akhir kata benda dalam sebuah kalimat. Menurutnya
- hal ini seperti diisyaratkan oleh Ibnu Jinni sebagi berikut.[23] “Ketahuilah
- Hal.109 [21] Abdillah
- Hal.114 [33] Abdillah
- Hal.13-17 [12] Ibnu Jinni
- Hal.17 [13] Ibnu Jinni
- Hal.17 [14] Ibnu Jinni
- Hal.20 [15] http://sukamta.wordpress.com/2010/06/30/41/ [16] http://sukamta.wordpress.com/2010/06/30/41/ [17] http://sukamta.wordpress.com/2010/06/30/41/ [18] Ibnu Jinni
- Hal.224 [27] Ibnu Jinni
- Hal.248 [32] Ibnu Jinni
- Hal.25 [30] Ibnu Jinni
- Hal.33 [19] Ibnu Jinni
- Hal.33 [20] Ibnu Jinni
- Hal.383 [31] Ibnu Jinni
- Hal.5-12 [11] Ibnu Jinni
- Hal.64-65 [25] Abdillah
- Hal.97-98 [28] Ibnu Jinni
- Hal.97-98 [29] Ibnu Jinni
- hamper seluruh ta’lil yang dilakukan oleh Ibnu Jinni adalah ta’lil sosial
- hampir semua literature Arab modern ketika mendefinisikan bahasa selalu mengacu pada definisi Ibnu Jinni
- huruf-huruf pembentuk kata itulah yang mendorong orang menyeleksinya. Kejadian ini seumpama setumpuk harta yang ditaruh di depan pemiliknya
- ia adalah kalimat yang mandiri
- ia mendalami lingistik selama kurang lebih empat puluh tahun pada gurunya yang sangat ia hormati dan ia kagumi
- ia mengangkat kakinya yang terpotong. Jadi
- Ia menjadi hamba sahaya (maula) dalam bahasa yunani dikenal dengan Gennaius.[1] dari Sulaiman bin Fahd bin Ahmad al-Azdi al-Mausili
- ia pindah ke Baghdad dan menetap di sana. Di kota ini
- Ibnu Jinni
- Ibnu Jinni dengan cerdas dan jeli telah memulai bukunya
- Ibnu Jinni juga banyak belajar pada tokoh linguistik lain
- Ibnu Jinni juga menyentuh aspek atau dimensi sosialnya terkait dengan penggunaan bahasa. Aspek-aspek tersebut bisa ditelusuri dalam berbagai pernyataannya dalam al-Khasa’is sebagai berikut: 1. Yang di
- Ibnu Jinni membaginya dalam empat criteria: [27] 1. Umum terjadi dalam qiyas dan penggunaannya sekaligus. Kriteria inilah yang seyogyanya terjadi
- Ibnu Jinni menggunakan metode ilmiah
- Ibnu Jinni pun termasuk dari komunitas tersebut. Mu’tazilah adalah komunitas intelektual yang mengedepankan cara berpikir rasional. Hanya saja
- Ibnu Jinni sering pula menambahkan nama “al-Azdi” di belakang namanya. Ibnu Jinni menghabiskan masa kanak-kanaknya juga di kota kelahirannya tersebut. Di Mosul juga ia mendapatkan pendidikan dasarnya
- Ibnu Jinni tidak membatasi bahasa orang Arab dari suku tertentu
- idafah
- ini berarti sama dengan keyakinan dan ide yang agar keduanya bisa dimengerti juga memerlukan bantuan yang lain
- Irak. Tidak ada sumber sejarah yang pasti menginformasikan tahun kelahirannya
- isytiqaq kabir
- itu bisa saja demikian dan dapat juga memenuhi keperluannya
- jamak taksir (irregular)
- jauh sekali kalau kata aqirah itu bermakna suara dan dikaitkan asalnya dari kata aqara. Namun
- jika seseorang mau menggunakan kata لَجَع sebagai ganti dari kata نجع toh bisa saja dan sudah memenuhi maksudnya…” [24] Penjelasan Ibnu Jinni diatas mengilustrasikan konsepsinya mengenai langkah-langk
- juga teori Ilmu Kalam karena dia penganut mazhab Mu’tazilah
- juga berbagai definisi yang ia rumuskan tentang“al-qaul
- kalimat “rafa’a ‘aqiratahu” terkait dengan kisah seorang yang dipotong salah satu kakinya
- karena baginya “…fa al-haqqu ahaqqu ‘an yutba’ ayna halla” ‘kebenaran lebih berhak atau lebih layak untuk diikuti di manapun ia berada’ Oleh karena itu
- karena bahasa adalah milik masyarakatnya secara kolektif
- karena itu
- karena jenis kata sulatsi inilah yang paling banyak ditemukan
- karena kata daraba ialah kata yang terdiri dari suku kata dad
- karena orang Arab mengatakan كروت danقلوت . Bisa juga kata لغة berasal dari kata لغي – يلغي yang bermakna ‘bicara yang tak berarti’
- karena tidak hanya satu ilmu yang mereka pelajari tapi banyak pengetahuan yang mereka pelajari. Termasuk tokoh-tokoh linguis Arab pun kebanyakan di antara mereka seperti itu
- karenanya ia mestilah melekat kuat pada organ yang berfungsi menyatakan
- kasus seperti ini ialah kata-kata yang terbentuk dari huruf yang memilikimakhraj (fonem) yang sama
- kata dalam bahasa Arab terdiri dari dari tiga huruf. Komposisi dan pemilihan huruf-huruf tersebut bersifat arbitrer
- kata Ibnu Jinni
- kata tersebut berasal dari kata dasar قاد dan صان yang asalnya قود dan صون .Menurut qiyas yang standar isim maf’ul-nya ialah مقود dan مصون
- kata tersebut berasal dari kata عقر . Akan tetapi
- kata yang digunakan tersebut tidak boleh dijadikan parameter qiyas
- kata yang memiliki banyak huruf
- kata-kata dalam bahasa Arab yang berasal dari tiga huruf yang sama meskipun urutan hurufnya berbeda memiliki makna umum yang sama. Misalnya kata-kata berikut ini : جبر – جرب- بجر- رب-برج – رجب mempuny
- kecuali bentuk yang terakhir
- kedua kata tersebut boleh digunakan dengan cara qiyas
- keenam pola tersebut menunjukkan makna yang sama
- kemudian dia meletakkan potongan kaki tersebut diatas sebelah kakinya yang masih utuh sambil menjerit keras
- kerasionlan Ibnu Jinni dicurahkan untuk memikirkan obyek-obyek linguistic dan merumuskan teori-teori yang diharapkan bisa diterima oleh semua mazhab. Meskipun Ibnu Jinni penganut Mazhab Bashrah dan be
- khususnya aliran structural-deskriptif
- lahir di Mausil (Mosul)
- lakukan pada kasus lain yang senada atau se-wazan
- lalu yang jelek dia buang semua. Ini sama dengan mereka yang membuang huruf-huruf yang tak layak untuk disusun atau dirangkai. Kemudian
- lam
- lam) bisa dibolak-balik menjadi enam pola yaitu : ق و ل – ق ل و – و ق ل – و ل ق – ل ق و – ل و ق Menurutnya
- lam dan mim di atas
- langage
- lanjut Abu Bakar
- m al-Arab fa huwa ‘indahum min kalaam al-‘Arab”.[32] 5. Tidak semua bahasa dapat dideduksi atau diinduksi melalui qiyas
- maka ia termasuk bahasa Arab
- maka ikutilah cara orang Arab saja. Namun
- maka kata tersebut belum dapat dipahami karena belum sempurna. Oleh karena itu
- maka mestilah diketahui dan dicermati segi asal usul atau proses pemaknaan bahasa tersebut. Ibnu Jinni member contoh kata عقيرة (‘aqirah) dalam perkataan orang Arab: رفع عقيرته yang oleh Abu Ishaq dik
- maka sesungguhnya tradisi linguistic Arab
- maka yang menjadi acuan atau yang didahulukan adalah segi “umum penggunaan”. Hanya saja
- makaanun baaqilun
- makna asli dari kata ‘aqirah ialah terluka atau terpotong
- maupun generasi para linguis yang muncul kemudian
- mazhab yang juga dianut oleh guru besarnya
- memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam di bidang nahwu dan sharaf. Ibnu Jinni adalah linguis yang prolific dan produktif. Ini dibuktikan dengan berbagai karyanya.[6] 2.2. Karya-karya Ibnu Jinni I
- mendengar jeritan tersebut
- mengakui penguasaan dan keluasan pengetahuan Ibnu Jinni atas linguistik Arab. Abu Tayyib al-Mutanabbi (w.354 H)
- menggabungkan metode deskriptif dan filsafati (rasional) sebagai piranti analisisnya. Metode deskriptif ia gunakan dalam melihat realitas dan hakekat bahasa. Baginya
- menggagas tiga terminologinya yang masyhur : parole
- mengiaskan bahwa seiap subyek tunggal (fa’il mufrad) ditandai I’rab rafa’
- mengikuti wazan fa’ala yang hanya merupakan bunyi atau suara
- menjadikan bahasa sebagai objek ilmiah
- menjadi استقوم dan استسوغ. 2. Jika tidak umum digunakan
- menunjukkan makna yang sama
- menyebutkan bahwa Ibnu Jinni adalah intelektual yang sangat cerdas
- mereka juga banyak mengetahui ilmu lain. Sejumlah linguis Arab telah menaruh perhatian terhadap linguistik sejak gerakan ilmiah dalam kerangka daulat Islam. Mereka memiliki hasil jerih payah dalam bid
- mereka tidak memiliki perbedaan bahasa antara satu suku dengan yang lain. Perbedaan yang terjadi sangat sedikit dan tidak berarti apa-apa disbanding dengan kesamaannya.[26] Ibnu Jinni menciptakan meto
- meskipun belum tersistem secara terpadu jauh mendahului kajian mereka seperti yang dilakukan oleh Ibnu Jinni. Bahkan pendekatan sosiologis atau yang lain dapat kita telusuri dan dicari akarnya dari te
- meskipun dalam konteks dan pengertian yang berbeda dari De Saussure
- metode
- Metode dan Pemikiran Ibnu Jinni Seperti umumnya para linguis besar dalam tradisi linguistic Arab
- misalnya
- misalnya isim fa’il atau isim maf’ul yang diambil dari masdarnya seprti قائل dan مقول dari kata قول . Yang kedua (isytiqaq kabir) dikaji dalam fiqh lughah. Menurut Ibnu Jinni
- misalnya. Jadi
- misalnya: هزّ ؛ أزّ yang artinya القلق ؛ الإزعاج yakni mengejutkan dan kegelisahan
- misalnya ضرب menunjukkan suara pukulan (tentunya untuk kata-kata yang berasal dari peniruan suara
- morfologi
- morfologi dan semantic
- Muhammad Ali al-Najjar (editor). Bairut: Alam al-Kutub http://luluvikar.wordpress.com/2005/06/27/biografi-singkat-para-tokoh-islam/ http://sukamta.wordpress.com/2010/06/30/41/ DR. Syauqi Dhayf
- obyek tunggal (maf’ul bihi) ditandai I’rab nasab
- orang-orang di sekelilingnya berkata
- pada dasarnya ialah setiap ujaran yang mudah diucapkan oleh lidah kita
- para linguis sebelum Ibnu Jinni atau bahkan mereka yang semasa dengannya
- PENDAHULUAN Benar apa yang dikatakan Intrelektual Muslim klasik bahwaIslam adalah factor penyemangat utama lahirnya berbagai disiplin ilmu-ilmu Arab Islam. Kesadaran untuk mentaati aturan-aturan (huku
- pendefiniasian bahasa oleh Ibnu Jinni ini nampaknya menandai perubahan metodologi kajian linguistic Arab. Umumnya
- pengertian kalam lebih umum daripada qaul
- pengetahuan bahasa pun bersumber dari fakta bahasa
- penisbatan (al-nasab)
- penulis akan mencoba membahas biografi Ibnu jinni dan pemikirannya dalam linguistik. BAB II PEMBAHASAN 2.1. Biografi Ibnu Jinni Nama lengkapnya ialah Abu al-Fath Utsman Ibnu Jinni
- penuturnya
- penyair yang sangat terkenal dan sahabat Ibnu Jinni
- pernah berkomentar tentang Ibnu Jinni
- plural (jamak)
- qama Zaidun
- ra’ dan ba’
- sebab orang Arab tidak menggunakan kedua kata tersebut
- sebab-sebab (al-ta’lilat) yang tersembunyi di balik gejala atau fenomena bahasa. Meskipun demikian
- sedangkan definisi bahasa yang melibatkan unsur bunyi
- sedangkan kelompok kedua menaruh perhatian terhadap kosakata bahasa dan maknanya. Bidang kajian itu oleh kelompok pertama diilustrasikan sebagai nahw (gramatika) atau ilmu bahasa Arab
- sedangkan suara termasuk sesuatu yang tidak dapat melakukan perbuatan.[20] Paparan Ibnu Jinni tentang perbedaan kalam dan qaul dari aspek fungsi penggunaannya ialah representasi dari rasionalitasnya y
- segi perubahan I’rab-nya dan pola yang lain
- sehingga keduanya terjalin hubungan yang sangat erat seperti hubungan persahabatan. Selain berguru secara khusus kepada Abu ‘Ali
- sejatinya tidak berpengaruh apa-apa
- selanjutnya Ibnu Jinni mendefinisikan “kalam” dan “qaul”. Kalam ialah setiap ujaran yang berdiri sendiri dan memiliki makna yang oleh kalangan ahli nahwu disebut “jumlah” seperti ujaran
- sementara bidang tersebut diilustrasikan oleh kelompok kedua sebagai bahasa atau linguistik atau filolog. Salah satu tokoh ilmu Nahwu yang terkenal adalah Ibnu Jinni
- semisal Sibawaih
- sempurna maknanya
- semua alasan-alasan yang ia kemukakan dikembalikan pada para penutur bahasa itu sendiri. Penggabungan dua metode Ibnu Jinni ini
- semua bahasa yang muncul di tengah masyarakat adalah memiliki status yang sama. Ini seperti terlihat dalam definisinya mengenai nahwu yang menurutnya ialah “meniru cara bertutur orang Arab
- seorang menteri (wazir) dari Syaraf al-Daulah Qarawisy
- seorang pakar qira’ah al-Qur’an
- seperti
- seperti al-Kisa’i dan Sa’lab. Bahasa yang digunakan pun cukup santun
- seperti Ibnu Khaldun (1332 M – 1406 M)
- seperti ilmu Nahwu dan Linguistik. Tokoh-tokoh atau ulama saat itu dapat dikatakan multi talented
- seperti kalimat فرس مقوود dan توب مصوون . Kedua
- seperti kata استحوذ dan استصوب. Jadi tidak boleh mengiaskan kata استقام danاستساغ misalnya
- seperti kata استصوبdan استحوذ
- seperti kata هع di mana huruf ha dan ‘ainsama-sama huruf halaq. 2. Menghindari
- seperti kata وزن dan وعد . Selain itu
- seperti mengiaskan pada kalimat “qaama Zaidun
- seperti meniru pola bentuk dual (tasniyyah)
- seperti tetap pempertahankan huruf wawu pada isim maf’ul dalam kata yang ‘ain fi’il-nya berupa wawu
- seperti yang terdiri dari empat huruf al-ruba’i) dan yang terdiri dari lima huruf (al-khumasi). 3. Melakukan seleksi pada kata-kata yang terdiri dari tiga huruf (al-sulatsi)
- seseorang akan bersikap menerimanya langsun
- setiap kalam adalah qaul
- shaghir dan kabir. Yang pertama (isytiqaq shaghir) dikaji dalam ilmu sharaf
- sintaksis
- struktur kalimat dan lain sebagainya. Ini semua agar orang non-Arab bisa bertutur sefasih orang Arab…”. Di sini
- tahqir (tasgir)
- tak satu pun yang membuat definisi bahasa. Indikasinya
- tak semestinya seorang individu tertentu menciptakan bahasa di luar yang diperlukan atau tidak disepakati masyarakatnya. Sikap seperti inilah yang nampaknya dipraktekkan oleh masyarakat Arab. Pada umu
- tapi jarang digunakan. Juga seperti kata مبقل dalam perkataan orang Arab مكان مبقل ‘daerah yang penuh dengan rerumputan/daerah subur’. Bentuk kata “mubqil” meskipun digunakan oleh masyarakat dan betul
- tashaqub al-alfaz litashaqub al-ma’ani
- teori dan pendekatan yang dia gunakan pun mestilah menggabungkan keduanya. Jika teori linguistik Barat Modern memfokuskan obyek kajiannya pada empat unsur penting : Fonetik
- teori prinsip fiqh (ushul fiqh)
- tergantung peletak atau penyusunnya.[25] g. Qiyas sebagai Metode Penciptaan Bahasa Baru Menurut Ibnu Jinni
- terkadang Ibnu Jinni menyebutnya dengan Abu Abdillah al-Syajari. Ibnu Jinni hidup pada abad keempat hijriah (abad X M) yang merupakan abad puncak perkembangan dan kematangan ilmu-ilmu keislaman
- terutama yang terkait dengan pengambilan sumber bahasa (ruwat al-lugah wa al-adab)
- tetapi ada yang berspekulasi bahwa ibnu Jinni lahir pada tahun 321 H atau 322 H. Ayahnya (Jinni) adalah seorang berbangsa Romawi
- tetapi ada yang mesti diterima apa adanya dari masyarakat.[33] BAB III PENUTUP Dari uraian dan ulasan tentang pemikiran Ibnu Jinni di atas
- tetapi jarang digunakan seperti bentuk fi’il madi dari kata يذر dan يدع . Artinya
- tetapi juga menguasai disiplin-disiplin lainnya. Oleh karena itu
- tetapi kita boleh menggunakan kata lain yang senada dengannya
- tetapi manusia itu sendiri yang merubahI’rab-I’rab tersebut. Kemudian
- tetapi masyarakat lebih memlih menggunakan kata باقل (baaqil)
- tetapi menyimpang dari qiyas
- tetapi umum dalam qiyas
- tetapi yang dimaksudkan ialah bahwa si Fulan itu mengikuti (meyakini) pendapat dan gagasan Imam Abu Hanifah dan Imam Malik.[13] Keyakinan dan ide dilambangkan dan diekspresikan dengan “qaul”
- tidak ada ukuran baku
- tidak berlebihan apabila para penulis biografi Ibnu Jinni menyatakan bahwa karya-karya tokoh yang satu ini menggabungkan teori linguistik
- tidak melemparkan kritik pedaslayaknya persaingan mazhab nahwu. Dia menghargai pendapat yang bersebrangan dengan pendapatnya atau mazhabnya
- tidak memerlukan bantuan yang lain. Oleh karena itu
- tiga suku kata ك ل م meskipun diubah dan dibolak-balik pola dan bentuknya seperti ك ل م – ك م ل – ل ك م – م ك ل –ل م ك Dari kelima bentuk tersebut
- unsure komunikasi dan penegasan perbedaan bahasa setiap suku bangsa adalah mewakili dimensi sosiologis yang mengaitkan bahasa dengan perilaku manusia. Dengan demikian
- untuk membangun teori linguistiknya
- wa yazhabu ilaa qauli Maalik”. Pernyataan tersebut tidak sekedar menyatakan bahwa si Fulan meniru ucapan Imam Abu Hanifah dan Imam Malik tanpa menambah atau mengurangi
- wawu
- yaitu bentuk sulaasi (kata yang terdiri dari tiga huruf). Oleh karena itu
- yaitu lambang kata.[14] Adapun “kalam” tidak demikian
- yaitu lambing bunyi atau ujaran. Ini sama dengan qaul yang terkadang maknanya tidak bisa dimengerti kecuali melalui media lain. Contohya ialah jika seseorang berkata
- yaitu lisan. Setiap bangsa memiliki bahasa mereka sendiri.[22] f. Arbitrer sebagai Dasar Pemilihan Huruf dan Penyusunan Kata Pada umumnya
- yaitu makna terjadinya pemukulan oleh pemukul terhadap terpukul
- yaitu makna yang dipengaruhi oleh bentuk kata atau shigah
- yaitu makna yang ditimbulkan oleh lafal atau suara dari kata tersebut
- yaitu penyimpulan makna dari suatu kata yang memiliki suku kata yang sama. Tiga suku kata ق و ل (qaf
- yaitu “fail”
- yaitu “kuat dan keras” (al-quwwah wa al-syiddah).[11] Setelah selesai mnguraikan makna kata dari derivasi suku kata qaf
- yaitu “ringan dan cekatan” (al-khufuf wa al-harakah). Ibnu Jinni lebih lanjut memberikan contoh masing-masing dari semua bentuk tersebut.[10]Sedangkan
- yaitu: 1. Dalalah lafziyyah
- yakni penyampaian gagasan (fikrah) melalui simbol bahasa[17] e. Al-Lugah ‘bahasa’ Kata لغة mengikuti wazan فعلة berasal dari kata لغوت bermakna ‘saya berbicara’. Akar katanya adalah لغوة seperti كرة d
- yakni rafa’a rijalahu al-ma’qurah
- yang beliau juga ahli dalam ilmu Linguistik. Pada bab berikutnya
- yang kedua berarti orang yang sangat sabar. Perbedaan makna ini disebabkan oleh perbedaan shighah. 3. Dalalah ma’nawiyyah
- yang mendefinisikan bahasa sebagai
- yang menjadi factor pengubah adalah bukan apa yang disebut dalam tradisi nahwu dengan “aamil”
- yang pada umumnya para ilmuawan pada abad ini tidak saja menguasai satu disiplin pengetahuan
- Zamzam Afandi. Ibnu Jinni Menembus Sekat Mazhab Linguistik.dalam Adabiyyat Vol.8.2009 Ibnu Jinni
- Zamzam Afandi. Ibnu Jinni Menembus Sekat Mazhab Linguistik.dalam Adabiyyat Vol.8.2009.Hal 54 [5] الدكتور رحاب حضرب عكابي. موسوعة عباقرة الاسلام في النحو واللغة والفقه.1993. بيروت. ص 100 [6] Abdillah
- Zamzam Afandi. Ibnu Jinni Menembus Sekat Mazhab Linguistik.dalam Adabiyyat Vol.8.2009.Hal 55 [7] الدكتور رحاب حضرب عكابي. موسوعة عباقرة الاسلام في النحو واللغة والفقه.1993. بيروت. ص 101 [8] Abdillah
- Zamzam Afandi. Ibnu Jinni Menembus Sekat Mazhab Linguistik.dalam Adabiyyat Vol.8.2009.Hal 57 [9] Abdillah
- Zamzam Afandi. Ibnu Jinni Menembus Sekat Mazhab Linguistik.dalam Adabiyyat Vol.8.2009.Hal 58 [10] Ibnu Jinni
- Zamzam Afandi. Ibnu Jinni Menembus Sekat Mazhab Linguistik.dalam Adabiyyat Vol.8.2009.Hal 61 [22] Abdillah
- Zamzam Afandi. Ibnu Jinni Menembus Sekat Mazhab Linguistik.dalam Adabiyyat Vol.8.2009.Hal 61 [23] Abdillah
- Zamzam Afandi. Ibnu Jinni Menembus Sekat Mazhab Linguistik.dalam Adabiyyat Vol.8.2009.Hal 67 [24] Ibnu Jinni
- Zamzam Afandi. Ibnu Jinni Menembus Sekat Mazhab Linguistik.dalam Adabiyyat Vol.8.2009.Hal 68 [26] Ibnu Jinni
- Zamzam Afandi. Ibnu Jinni Menembus Sekat Mazhab Linguistik.dalam Adabiyyat Vol.8.2009.Hal 72
- al-Madaris an-Nahwiyyah Dalam : http://irfanantono.wordpress.com/2009/11/17/nahwu-aliran-baghdad-tokoh-tokoh/ [1] الدكتور رحاب حضرب عكابي. موسوعة عباقرة الاسلام في النحو واللغة والفقه.1993. بيروت. ص
- dalalah
- sedangkan jika mengikuti qiyas bentuk katanya adalah استصابdan استحاذ tanpa huruf wawu illat. 4. Menyimpang dari qiyas dan sekaligus jarang digunakan
- tentang definisi al-Lugah ‘bahasa’
- teori arbitrer sebagai dasar pemilihan huruf dan penyusunan kata serta teori qiyas sebagai metode penciptaan bahasa baru. DAFTAR PUSTAKA الدكتور رحاب حضرب عكابي. موسوعة عباقرة الاسلام في النحو والل
- yang pertama berarti orang yang sabar
- زيد أخوك، قام محمد، ضرب سعيد، فى الدار أبوك، صه، مه dan lain sebagainya. Adapun qaul
- قطف ؛ قطع juga mempunya arti yang berdekatan yakni memotong dan memetik. Maka dalam memahami esensi makna kata perkata dapat dilakukan penelusuran terhadap kata-kata lain yang huruf-hurufnya sama ata
- هع
- ‘dia meninggikan (mengeraskan) suaranya’
- “aswatun yu’abbiru bihaa kullu qaumin ‘an agraadihim” ‘bunyi yang diekspresikan oleh semua kelompok masyarakat untuk menyatakan maksud mereka’.[19] Aspek bunyi ini yang nampaknya menjadi titik tekan I
- “Dia adalah sosok yang kehebatannya belum diketahui oleh banyak orang”. Bahkan
- “Fulanun yaquulu bi qauli Abi Hanifata
- “maa qisa ‘alaa kalaa
- “qaama” ‘berdiri’
- “rafa’a ‘aqiratahu’
- “Tanyakanlah pada syaikh juling